Ressy

HIDUP SEPERTI BAWANG!!! Always Love for SAINS!

Jumat, 11 Januari 2013

The Perfect Boy Friend Chapter 3

The Perfect Boy Friend

Oleh Ressy Kartika Sari


Chapter 3

 
Dinda mendengus kesal melihat tingkah sahabat baiknya yang begitu memuja-muja pria yang akan segera memberikan neraka untukknya. Ia hanya dapat mengomel untuk dirinya sendiri, tidak untuk diberitahu kepada siapapun, takut-takut jika fotonya yang sangat tidak sedap dipandang akan tersebar di sekolah dan beasiswanya dicabut. Astagah.
“Apaan banget deh sih Tita. Cowok jahat bak penyihir kayak begitu disenengin. Gue ajah ngelepehin. Nyebelin banget tuh orang, didepan semua orang sok jadi angle, padahal sebenernya...”
“Sebenernya apaan?”
“Eh?!”
Dinda terperanjat melihat Deval tengah bediri layaknya putera mahkota yang bersandar ditembok sekolah.
“Dasar itik. Sini, gue ada kerjaan buat lo.”
“What?!! Gak bisa! Hari ini gue harus pergi les.”
“Yaudah, berarti perjanjian kita batal nih?”
“Eh?!! Enggak dong. Deval yang ganteng, ini gak batal. Hehehe”
Di dalam hatinya, Dinda hanya dapat mengumpat dan merasa menyesal mengatakan hal itu. Rasanya ia ingin memuntah isi perutnya sekarang juga. Dan melemparkannya tepat dihadapan Deval. Namun lagi-lagi ia tak punya daya apapun karena Deval memiliki kartu as untuk menghancurkan Dinda dalam waktu sepersekian detik.
***
Deval membawa Dinda keruangan OSIS disekolah. Selain pandai dan tampan, Deval memang bener-benar idola untuk semua perempuan. Ia juga menjabat sebagai ketua OSIS. Tidak hanya terkenal disekolahnya, di sekolah-sekolah lain pun iya juga terkenal karena sikapnya yang baik terhadap siapapun. Tak heran ia disebut-sebut sebagai “The Perfect Boy Friend”. Siapapun pasti menginginkan dia menjadi kekasihnya. Lalu bagaimana jika itu disambut baik oleh sang pengeran tampan bagi seluruh perempuan ini?
“Lo nyuruh gue ngapain?”
“Beresin tuh kertas yang berserakan.”
“Siap tuan!” sahut Dinda dengan penuh penekanan.
Tak terasa senja sudah menyambut mereka, tetapi Deval masih sibuk mengurus kertas-kertas yang bertuliskan beberapa keperluan dalam OSIS sedangkan Dinda masih membereskan kertas-kertas secara rapi karena Deval menginnginkan kerja yang sempurna.
“Gak nyangka gue kalo lo orang melankolis.”  ucap Dinda.
“Gue bukan orang melankolis.”
“Lah? Kebukti mau semuanya sempurna.”
“Jangan sotoy.”
“Sotoy ayam, sotoy babad. Haduh gue laper. Deval, gue laper. Beliin apaan kek gitu.”
“Beli sendiri ajah. Punya kaki kan? Sono jalan ketukang jualan.”
“Ish! Nyebelin banget!”
Dinda semakin tersungut-sungut marah karena Deval mengacuhkannya dan sibuk dengan sebuah kertas yang bagi Dinda sungguh merusak pemandangan. Dengan sigap Dinda merebut kertas itu.
“Lo dengerin gue ngomong gak sih?!”
“Itu bisa disebut sebagai menggerutu.”
“Ish!!! Nyebeliin banget sih lo!!! Tau gak, gara-gara lo, gua gak pergi les dan gara-gara lo juga punggung gue panas. Akhhh!!! Pokoknya nyebelin. Lagian lo itu ketua OSIS atau petugas kebersihan sih?!”
“Tadi gue yang berantakin.”
“Ya, berarti lo yang tanggung jawab. Bukan gue!”
“Kan, lo upik abu.”
“What?!! Gue bukan babu lo!!!”
“Sssttt, berisik banget sih. Gue pusing kalo deket-deket lo.”
“Yaudah, kalo lo gak mao pusing, serahin tuh foto. Gua janji gak bakalan bikin pusing hidup lo.” Dinda mengembangkan senyumannya.
“Babbo[1].”
“Apa? Lo ngomong apaan?”
“Apa yaa??”
“Ish, dasar manusia gaje[2].”
“Dasar anak ayam.”
Kukuruyuuuukkkkk.
“A-apa? Anak ayam?”
“Nanti kalo udah selesai, ikut sama gue.”
“Apa?!”
“Lo itu tuli ya? Masa gue harus ngomong dua kali sih. Dasar anak ayam.”
Piyek-piyek-piyek....
“AKHHHHH!!! Lo itu udah manggil gue itik dan sekarang lo manggil gue anak ayam!!! Emang gua punya bulu apa???!!! Dan gue juga gak warna kuning!!!”
“Udah berisik, hush! Hush! Hush!”
“AKHHHHHHHHHH!!! DEVALLLLLLLLLLLLLLL!!!”
***
Dinda berjalan dibelakang Deval. Ia terus mengikuti Deval sedari tadi. Ia dapat diam sejenak karena perutnya sudah tidak kosong lagi dan ia juaga dibelikan ice cream oleh Deval. Sebenarnya Dinda tidak suka ikut pergi ketaman kota, tetapi seperti biasa Deval mengancamnya untuk ikut dengannya.
Tepat sesuai dugaan Dinda. Deval disana bertemu dengan kekasihnya. Tunggu! Bukankah semua orang tahu bahwa ia tidak memiliki kekasih. Lalu benarkah itu kekasihnya? Tidak salah lagi. Tidak hanya satu tetapi Deval ternyata playboy yang memiliki banyak kekasih yang cantik-cantik serta sexy.
“Sayang!!! Kangen kamu.” Seru seorang perempuan yang mengenakkan rok mini.
“Iya, aku kangen kamu juga kok.”
“Gyaaaaa, love you.”
“Lebay[3] banget.” desis Dinda. “Dasar playboy cap ikan.”
Tidak terasa telah pukul sembilan malam. Dinda mulai cemas karena orangtuanya tentu akan mengintrogasinya jika pulang malam. Mungkin karena Dinda tidak pernah main, sepulang sekolah, pasti ia segera pulang kerumah, itu pun juga ia tidak ada kursus. Dinda memandang jengah pada Deval yang tengah menghisap rokoknya dengan gaya seperti bos mafia.
“Nyebelin banget. Dikira gue kambing conge. Ahhhh!!! Pengen pulang.”
Dinda mendekat kearah Deval dan teman-temannya. Kawan-kawan Deval hanya terdiam memandang Dinda.
“Gue mao pulang!” Tegas Dinda.
“Siapa yang nyuruh lo?”
“Diri gue!”
“Ditolak.”
“What?! Nyokap gue pasti nyariin!”
“Dasar anak ayam, pasti selalu nyariin induknya ya?” Deval tertawa lepas.
Tetes-tetes air mata mulai jatuh dipelupuk mata Dinda. Penuh kecemasan dari guratan wajah Deval. Dinda menangis hingga membuat Deval tak kuasa melihatnya.
“Yaudah, ayo, gue anter pulang.”
“Thanks.” Dinda mengusap air matanya dan tersenyum dengan menunjukkan susunan giginya yang rapi. “Deval emang cowok baik.”
“Berenti lebay deh.”
“Ish-ish! Emang baik. Sayang Deval.”
“Tapi gue gak.”
“Yahhhhh.”
“Diem.”
“Gak mau.”
“Yaudah, gak dianter pulang.”
“Oke, gue tutup mulut.”
“Pake solasi.”
“AKHHHHHHHHH!!! DEVAL, LO ITU NYEBELIN BANGET SIH!!!
“Hahaha”
***
Dinda tersenyum senang sejak Deval mengantarnya pulang. Ibunya hanya tersenyum hangat melihat tingkah anak perempuannya itu. Diusapnya puncak kepalanya anaknya. Dengan  hati riang Dinda memeluk ibunda tersayangnya.
“Ada apa sih, kok kayaknya dari tadi ibu lihat kamu senang sekali, hm?”
“Hehehe. Iya dong bu, tadi Dinda udah membalik keadaan. Sekarang Dinda adalah bos-nya Deval. Deval itu ternyata takut kalo ngeliat cewek nangis. Dasar manusia es batu. Hihihi”
“Deval? Itu pacar kamu?”
“He? Gak kok bu,” sahut Dinda kelabakkan. “Deval cuman temen Dinda doang. Gak mungkin manusia es batu itu jadi pacar Dinda. Mustahil. Dinda-nya juga gak mau. Pokoknya Dinda anti banget sama Deval.”
“Loh? Memangnya Deval kenapa? Dia jelek?”
“Enggak kok bu. Untuk ukuran kategori cowok ganteng... ehmmm, dia paling ganteng di sekolah. Tapi dia itu manusia super nyebelin. Pacarnya banyak banget bu. Ishhh, gak banget deh itu orang.”
“Eh? Pacarnya banyak?”
“Iya, tadi ajah Dinda harus nemenin dia ketemu pacar-pacarnya yang bawel, nyebelin, rese dan sexy-sexy.”
“Dia sahabat kamu, toh?”
“Gak juga bu. Pokoknya ada sedikit masalah deh, kenapa Dinda bisa deket-deket dia.”
“Oalah, kamu suka ya sama dia?”
“APAH? Enggak bu, sumpah deh enggak. Emang sih dia itu pinter, rajin baca buku, anaknya orang mampu, ganteng, tapi tetep Dinda gak bisa suka dia. Dia berserta fansclub-nya itu ngeselin abis. Huaaaaaaaaaah, ibu jangan bilang lagi kalo Dinda suka dia. Selamanya Dinda gak akan suka sama dia.”
“Iya-iya, ibu ngerti.”
“Hehe.”
***


[1] Bahasa korea yang memiliki arti “bodoh”
[2] Sebuah singkatan untuk kata-kata “gak jelas”
[3] Bahasa gaul untuk kata “berlebihan”
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate My Post